Rabu, 29 Desember 2010

FILSAFAT MANUSIA


Filsafat sebagai alat teropong atau sebagai teknik pengamatan untuk mendekati sesuatu untuk mengetahui secara mendalam dan keseluruhan. Dan dalam kajian filasafat terdapatnya filasafat manusia dimana manusia sebagai komponen utama apalagi dalam komunikasi, manusia sebagai faktor terpenting dimana manusia menjadi komunikator dan komunikan.  Adler mengungkapkan bahwa pada awalnya manusia dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial dengan itu manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain,aktif dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:241)
Dalam filsafat komunikasi yang menjadi kajian adalah manusia dan ilmu, maka berbicara kajian filasafat manusia karena didalam komunikasi faktor utama dan terpenting yang menjadi kajian adalah manusia. Melihat hakikatnya manusia merupakan komunikator dan komunikan dalam kegiatan komunikasi.
Kelompok Manusia
-       Manusia tahu, bahwa ia tahu.
-       Manusia tahu, bahwa ia tidak tahu.
-       Manusia tidak tahu, bahwa ia tahu.
-       Manusia tidak tahu, bahwa ia tidak tahu.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki manusia itu sebenarnya ada jika manusia itu sendiri sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamannya bahwa objek yang ingin diketahuinay sudah benar-benar diketahui.
Mengenal manusia melalui filsafat dalam mengungkap segala pertanyaan tentang manusia, sifat dasar dan hakikat berbagai kenyataan yang tampil dimuka. Maka, Filsafat manusia merupakan bagian dari filsafat yang mengupas apa artinya manusia. Filsafat manusia mempelajari manusia sepenuhnya, sukma serta jiwanya. Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan hak istimewa dari sampai batas tertentu memiliki tugas menyelidiki hal-hal secara mendalam. Manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Kesulitan Bagi Suatu Filsafat Manusia Filsafat berpretensi mengatakan apa yang paling penting bagi manusia. Para filsuf mangatakan dan menimbulkan berbagai pendapat. Bagi Platon dan Platin misalnya, manusia adalah suatu makhluk ilahi. Bagi Epicura dan Lekritius sebaliknya manusia yang berumur pendek lahir karena kebetulan dan tidak berisi apa-apa. Descartes mengambarkan manusia sebagai terbetuk dari campuran antara dua macam bahan yang terpisah, badan dan jiwa.
Filsafat bertanya pada diri sejak ribuan tahun apakah manusia itu, dan darimana datangnya manusia, tempat apakah yang didudukinya dalam alam semesta yang luas, darimana manusia datang dan untuk apakah ia ditakdirkan. Watak, Sifat Manusia, Obyek Filsafat Manusia Filsafat manusia menduga bahwa suatu watak manusia suatu kumpulan corak-corak yang khas, atau rangkain bentuk yang dinamis yang khas yang secara mutlak terdapat pada manusia. Kategori manusia secara fundamental dari semua kebudayaan memiliki kesamaan. Suatu kebudayaan manusia tidak mungkin ada tanpa bahasa. Semua kebudayaan diatur untuk dapat menyelamatkan solidaritas kelompok yang dengan cara memenuhi tuntutan yang diajukan oleh semua orang, yaitu dengan mengadakan cara hidup teratur yang memungkinkan pelaksanaan kebutuhan vital mereka.
Keberadaan Manusia dimana manusia mampu mengetahui dirinya dengan kemampuan berpikir yang ada pada dirinya. Manusia menghasilkan pertanyaan tentang segala sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai pertanyaan yang diajukan oleh manusia. Ketika Manusia mulai menanyakan keberadaan dirinya, filsafat manusia lahir dan mempertanyakan, “siapakah Kamu Manusia?” Manusia bisa memikirkan dirinya, tapi apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya. Keberadaan dirinya diantara yang lain yang membuat menusia perlu mendefinisikan keberadaan dirinya. Apabila pernyataan bahwa manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia.
Hakikat diri manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya. Sesuatu yang baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai diantara keberadaan yang lain. Maka, proses manusia didunia ini mengalami metamorphosis dari manusia purba sampai manusia modern seperti saat ini.
Dan dibawah ini, pendeskripsian manusia-manusia purba yang mengidentikan kita saat ini, sebagai konsepsi dan prilaku mahluk yang berakal dan berbudaya. Adapun beberapa konsepsi manusia dan prilakunya sebagai berikut:

Homo Sapiens
Homo Sapiens merupakan mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana. Daya pikir yang ada pada manusia menjadikan mampu berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang dengan berdasarkan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman dan pertimbangan baik buruknya suatu masalah. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.  
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki postur tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Dengan sifat dan sikap layaknya manusia sekarang, kehidupan yang sangat sederhana dan hidupnya selalu bekerja keras dan mengembara.
Adapun jenis Fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari :
1)      Fosil Manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931-1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich yang kemudian diberi nama Homo Sapiens Soloensis (Homo Soloensis).
2)      Fosil Manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten yang kemudian diteliti oleh Eugene Dubouis dan diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.

Homo Mechanicus
Menurut aliran Behaviorisme Homo Mechanicus merupakan mahluk dari segi prilakunya digerakkan oleh lingkungan dimana mahluk tersebut hidup. Manusia mampu berperilaku baik buruknya merupakan hasil belajar dimana terjadinya perubahan perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”.  Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir  artinya manusia belum memiliki “warna mental”. Namun, pada perkembangannya yang menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah pengalaman.  Secara singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada pengalaman inderawi (sensory experience).
Pada metode ini perilaku manusia disebabkan adanya stimuli yang  terkondisi atau bersifat netral  dengan stimuli yang tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan.Untuk menggambarkan metode ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar sebagai “hasil belajar' mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan yang akan diberikan kelak.

Homo Volens (Homo Val)
Menurut Sigmund Freud Homo Volens merupakan mahluk yang digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya. Hal ini dijelaskan pada aliran psikonalisis dimana manusia memperhatikan struktur jiwanya, Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub sistim dalam kepribadian manusia yaitu:
a. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan  pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:
Ø Libido - insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)
Ø thanatos – insting destruktif dan agresif.
b. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah    mediator antara  hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas
c. Super ego,  yaitu unsur yang  menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
Dikutip dari :
http://blogspot.com/sahabat _senja

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Pendahuluan
Berkomunikasi disetiap situasi itulah hal yang sering kita lakukan dan pasti kita lakukan. Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi. Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Dalam konteks komunikasi beragam adanya salah satunya adalah Komunikasi Antar Pribadi. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan biasanya terjadi antara dua orang secara langsung.
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
Komunikasi sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam berkomunikasi.
Teori-teori komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator. teori-teori yang menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.
2.     Teori Atraksi Antarpribadi (Interpersonal Attraction Theory)
Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur biasa di sebut dengan atraksi interpersonal .
2.1 Model Teori Antar pribadi
Menurut Schutz teori ini dikembangkan untuk mengklasifikasikan kebutuhan antarpribadi bertitik-tolak dari landasan psikoanalitis. Kebutuhan antarpibadi yang berbeda-beda. Perbedaan di antara orang-orang dapat ditemukan pula pada kedua dimensi kebutuhan pribadi lainnya. Dalam berkomunikasi yang efektif ditandai dengan adanya hubungan atraksi interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga membutuhkan kadar dalam hubungan interpersonal.
Perlahan-lahan  studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan apad spek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai paradigm baru dalam penelitian komunikasi. Para psikolog pun mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Fordon W.Allport (1960), Erich fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili mazhab psikologi humanistic.
Belakangan Arnold P.Goldstein (1975) mengembangkan apa yang di sebut sebagai “Relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip : makin baik hubungan interpersonal, Makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya, Makin cendrung ia meneliti persaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog) Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya.
Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kita akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Selanjutnya kita akan membicarakan tahap-tahap hubungan interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik : percaya (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open-mindedness).
Pada teori ini, diasumsikan suatu proses kesukaan terhadap orang lain dalam bentuk sifat, perilaku dan daya tarik seseorang. Karena dengan rasa suka yang semakin tertarik terhadap sesorang maka, akan besar kecenderungan kita pada orang tersebut untuk berusaha berkomunikasi dengannya.
Hal-hal tersebut bisa timbul suatu ketertarikan atau atraksi seseorang dengan adanya faktor-faktor baik yang bersifat personal maupun situasional.
2.2 Faktor Personal
2.2.1 Kesamaan Karakteristik Personal
Seseorang akan tertarik dengan lawan berkomunikasinya jika memiliki kesamaan dalam hal nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial ekonomi, agama, ideologi, dan sebagiannya. Dengan kesamaan karakteristik personal tersebut maka, kecenderungan yang besar untuk menyukai satu sama lain.

2.2.2  Tekanan Emosional (stres)
Kondisi serta situasi yang membuat orang tersebut berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain. Maka, akan menginginkan kehadiran sosok orang lain yang diharapkan  untuk  membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain tersebu semakin besar.
2.2.3     Rendah Diri
Seseorang yang memiliki sikap rendah diri akan lebih mudah cenderung  untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik atau kurang percaya diri maka, akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
2.2.4     Isolasi sosial
Manusia merupakan mahluk sosial maka, kehidupannya tak luput dari saling membutuhkan satu sama lain antar manusia. Tanpa kehadiran orang lain manusia tidak akan mampu hidup dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan pengaruh pada dirinya, sebagaimana pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial yang sangat tinggi dan besar pengaruhnya terhadap ketertarikan diri kita pada orang lain.
2.3 Faktor-faktor situasional
2.3.1 Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Fisik seseorang menjadi salah satu daya tarik seseorang terhadap orang lain, cantik dan tampan seseorang, postur tubuh, rambut, panca indera dan sebagiannya. Dalam hal ini, disurvei kesejumlah orang dan dibuktikan bahwa fisik merupakan penyebab utama adanya ketertarikan seseorang dengan orang lain (atraksi interpersonal) Mereka yang berpenampilan cantik dan menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2.3.2  Ganjaran (reward)
Seseorang senang dan menyukai akan apa yang baik-baik dan ganjaran yang diterima pada dirinya dari orang lain akan timbul ketertarikan serta kedekatan dengan oarng yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran biasanya berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
2.3.3  Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sering kita jumpai dan sudah kita kenal serta akrab dengan kita biasanya lebih disukai dan timbulnya ketertarikan daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita.
2.3.4  Kedekatan (proximity) atau closeness.
Dekat dan akrab adalah hal yang nyaman saat berkomunikasi maka, hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.
2.3.5  Kemampuan (competence)
Kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
2.4 Teori Liking
Dalam Atraksi Antar Pribadi memiliki alasan-alasan yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, hal ini dijelaskan dalam empat teori, yaitu:
2.4.1     Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu :
-          Asosiatif, Belajar Asosiatif: menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
-           Instrumental, Belajar Instrumental: Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki orang yang memberikan hukuman.
-           Sosial, Belajar Sosial: Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.
2.4.2     Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu hubungan maka, kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.
2.4.3     Exchange theory
Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.
2.4.4     Gain-loss theory
Kita lebih cenderung menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.

2.5 Pengaruh Atraksi Antarpribadi pada Komunikasi Antarpribadi
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyukai seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka, makin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut. Adapun hal-hal yang menjadi pengaruh atraksi antarpribadi pada komunikasi antarpribadi, yaitu:
2.5.1              Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendpat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasioanl. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Atraksi tidak saja mempengaruhi keputusan kita dalam bidang politik, tetapi juga menentukan pola komunikasi interpersonal.
2.5.2     Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Sudah di buktikan oleh wolosin (1975) kita perluas pada situasi komunikasi lainnya, kita dapat menyatak bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Yang dapat diperluas lagi pada periklanan, pidato, komunikasi kelompok, penatara, lokakarya, seminar, wawancara, dan kegiatan-kegiatan komunikasi lainnya.

3.     Teori Konflik Sosial
3.1 Definisi Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu “perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost & Wilmot, 1978). Dan konflik berasal dari kata confligere yang artinya “bersama” atau “bersaling-saling” dan fligere yang artinya “tubruk” atau “bentur”.
Adapun konflik secara harfiah adalah perbenturan antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Sedangkan secara umum konflik didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat-niat disengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu. 
Menurut Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme Konflik Sosial.
Konflik sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan solidaritas internal kelompok. Konflik antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group. Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan kelompok lain (out-group). Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar, maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.
3.2 Definisi Sosial
Sosial bisa berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata kita dan kita rasakan namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial.
3.3 Teori Konflik Sosial
Teori Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh para sosiolog. Mereka antara lain, Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser. Teori konflik sosial adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan :
§  Penyebab konflik
Konflik terjadi dan biasanya karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.
§  Siapa yang terlibat konflik
Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir.
§  Pola konflik
Pola Konflik : Kelas sosial-----Konflik------Revolusi.
Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada majikan
§  Solusi konflik
Menurut Johnson (1990: 162), perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan menganalisis kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya, dan dalam banyak hal, akibatnya dalam perubahan sosial. Dengan demikian, konflik perlu dikelola. Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis fungsional terus dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai studi eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer Sherif.
Dalam upaya pengembangan teori ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan sejumlah orang, dengan tahapan sebagai berikut:
(1)        pemilihan teman secara spontan,
(2)        pembentukan kelompok,
(3)        konflik antarkelompok, dan
(4)        kerja sama antarkelompok atau pengurangan konflik antarkelompok   (Taylor dan                        Moghaddam, 1994).
Pada awalnya setiap orang mencari pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok. Dalam pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antar individu. Mereka melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga membangun kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota kelompok terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap kelompok dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal, dan sikap negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan, komitmen, konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul kepemimpinan yang bersifat agresif.
Konflik antarkelompok ini kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan pada tugas bersama yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate goals), yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok. Maka terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang harmonis.
Penyelesaian konflik antarkelompok yang didalamnya individu-individu berdasarkan Teori Konflik, menurut eksperimen Sherif adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja sama. Menurut Sherif, konflik antarkelompok itu akan berubah menjadi kerja sama antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.

4.     Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat ditelusuri sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga sekarang, sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam 4 (empat) era perubahan:
§  era komunikasi tulisan,
§  era komunikasi cetakan,
§  era komunikasi telekomunikasi, dan
§  era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin cetak hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456.
Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan alat telegrap oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif, mulai terjadi pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania, Amerika Serikat.
4.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak itu perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam (4) empat periode tradisi retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru dimulai pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada masa sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya terbatas pada bidang jurnalistik dan penerangan.
Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya. Komunikasi dalam definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu proses komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila berdasarkan pada :
a) data psikologis,
b) pengetahuan yang dimiliki, dan
c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para pelaku komunikasi.
Analisis pada tingkat psikologis. Apabila prediksi/prakira yang dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan, maka dapat diaktakan komunikator melakukan prediksi pada tataran psikologis.
Pada mulanya komunikasi hanya sekedar alat antar manusia untuk saling berhubungan. Dan pada waktu itu, komunikasi dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus diperhatikan, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang pasti. Pada abad ke-5 sebelum masehi, Diyunani berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia, namanya retorika berasal dari bahasa yunan retorike yang berarti berdebat, dari akar kata rekor (orang yang berpidato). Retorika berarti seni pidato dan berargumentasi yang bersifat menggugah atau seni menggunakan bahasa secara lancar untuk memengaruhi dan mengajak. Sejak abad itu, segala urusan yang berhubungan dengan gagasan, pernyataan, dan keinginan untuk menyampaikan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus. Banyak tokoh bermunculan yang mengkaji retorika, mulai dari mazhab filsafat Sophis, yang tokohnya Georgias dan Protagoras. Pada hal ini retorika mendapat perhatian khusus, bahkan ada beberapa pemikir yang menempatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan pemerintah.
Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Pemahaman mengani hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir. Pada bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.
Steve Duck (1985) menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.

4.3 Pengembangan Hubungan
Barangkali tidak ada yang lebih penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia. Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila kita tidak berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul, dan orang merasa sulit untuk menjalani hidup sehari-harinya. Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972), mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang sering kali mengunjungi profesional seperti dokter, perawat, dan pemijat bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Setiap hubungan bersifat unik. Begitu juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alasan-alasan yang unik. Namun demikian, dalam semua keragaman ini, ada beberapa alasan umum untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, kita membahas proses memprakarsai hubungan dan beberapa saran nonverbal serta verbal untuk membuat jumpa pertama lebih efektif.

4.4 Alasan-alasan untuk Pengembangan Hubungan
Empat alasan umum untuk pengembangan hubungan adalah :
4.4.1     Mengurangi Kesepian
Kontak dengan sesama manusia mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian. Kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak yang dekat, kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih sering dari keduanya (Pelpau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver, 1982).
Sementara orang, dalam upaya mengurangi kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu, tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan yang dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi (Perlman & Pelpau, 1981)
4.4.2     Mendapatkan Rangsangan
Manusia membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antar manusia merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan dari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan stimulasi. Kita adalah mahluk intelektual, dan karena kita membutuhkan stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan berdebat tentang interpretasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analitik, dan interpretasi kita. Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Kita juga mahluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya, kita adalah mahluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan intelektual kita.

4.4.3Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran diri telah dijalaskan bahwa kita melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan-kawan kita melihat kita sebagai orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri kita.
4.4.4     Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan
Alasan paling umum untuk membina hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa dengan orang lain mengenai nasib baik kita mengenai penderitaan emosi atau fisik kita. Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kawan yang memberikan dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.
5.     Contoh Kasus
      Contoh dan solusi komunikasi antar pribadi dalam teori konflik sosial.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bertolak dari pengertian Teori Konflik Sosial maka dapat diambil solusi bahwa konflik itu harus dapat dikelola dengan baik seperti contoh jika terjadi konflik horizontal maka tindakan yang seharusnya dilakukan ialah dengan memberi atau mendatangkan pihak penengah diluar anggota keduabelah pihak agar konflik tidak memanjang. Sebelumnya juga pihak penengah itu harus mendengarkan masalah dari keduabelah pihak jangan hanya dari satu pihak saja agar pihak penengah dapat menemukan sumber masalahnya. Selain itu juga pihak penengah harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai konflik jadi dia akan tahu langkah apa saja yang semestinya ditempuh atau dilakukan.
          Selanjutnya untuk konflik vertikal solusi yang harus dilakukan yaitu dengan adanya kerjasama yang baik antar pemerintah dengan masyarakatnya. Jadi dari Pihak Pemerintahnya harus mengayomi masyarakatnya sesuai dengan aturan yang berlaku, selain itu juga masyarakat juga harus menghormati, menghargai dan mendukung tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah, dan pemerintah juga harus mengerti apa yang diinginkan oleh masyarakatnya. Jika ini dilakukan dengan baik maka akan mengurangi resiko terjadinya konflik.
6.     Kesimpulan
§ Komunikasi antar pribadi merupakan proses komunikasi yang terjadi antar individu ataupu antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
§ Teori Atraksi Antar pribadi, yang menggambarkan faktor manusia tertarik dan menyukai orang lain dengan itu Atraksi antar pribadi sebagai salah komponen utama yang menjadikan kita berkomunikasi dengan orang lain.
§ Teori Konflik Sosial, adalah Marxis berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
§ Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang, dalam realitanya segala sesuatu adanya proses dan mengalami pasang surutnya. Dan perubahan-perubahan itu relah terjadi abad sebelumnya dimana era komunikasi mengalami perkembangan, diantranya:
ü  era komunikasi tulisan,
ü  era komunikasi cetakan,
ü  era komunikasi telekomunikasi, dan
ü  era komunikasi interaktif.




Daftar Pustaka
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.
Goldberg, A. Alvin, Larson, E. Carl, 2006. Komunikasi Kelompok, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Pace, R. Wayne, Faulus, F. Don. 2005. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Konerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin, 2008. Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Artikel dan Jurnal
http://www.balitbangjatim.com/upload/artikel/konflik.Sutandyo.doc
http://www.chuzaimahbb.multiply.com/juornal/item/konflik_sosial_di_medan.

Strategi dan Operasional Humas


Strategi dan Operasional Humas
Pendahuluan
PR adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerjasama antara organisasi dengan berbagai publiknya (Cutlip, Center & Brown, 2000:4). Dalam kegiatannya Humas memberikan masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan management yang berhubungan dengan opini atau isue publik yang tengah berkembang. Dalam pelaksanaannya Humas menggunakan komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya.
Menurut Cutlip & Center (dalam Kasali dan Abdurachman), proses PR Sepenuhnya mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari: fact finding, planning, communication, dan evaluation (Abdurachman, 2001:31). Kasali mengadaptasinya menjadi : pengumpulan fakta, definisi permasalahan, perencanaan dan program, aksi dan komunikasi, serta evaluasi. (Kasali, 1984:33)
Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan. Sedangkan planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah itu. Dan communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi, setekah itu evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah tercapai atau belum.
Kasali menegaskan bahwa proses Humas memperlihatkan dengan jelas pelaksaan tugas PR bukan semata-mata melakukan aksi, melainkan membutuhkan rencana-rencana dan diikuti langkah-langkah pengendalian melalui proses
evaluasi. Dalam pelaksanaan suatu rencana seorang Humas perlu memiliki strategi management dan operasional setiap menjalakan rencana tersebut.
Definisi Strategi dan Operasional Humas
Kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun dari luar.
Strategic management juga dimaksudkan agar perusahaan atau organisasi dapat dikendalikan dengan baik untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu hal yang paling dasar bagi setiap manajer di dalam perusahaan adalah mengetahui dengan pasti arah yang sedang dituju oleh perusahaan dan arah bagian yang dipimpinnya.
Oleh James Brian Quinn (1992:5), strategi diartikan sebagai “pola  atau rencana yang mengintergrasikan tujuan pokok, kebijakan, dan rangkaian tindakan sebuah organisasi ke dalam satu kesatuan yang kohesif”. Strategi dapat didefinisikan sebagai penentuan tujuan dan sasaran usaha jangka panjang, dan adopsi upaya pelaksanaan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah strategi manajemen sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi praktisi Humas untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Dengan itu, kegiatan Humas harus menyatu dengan visi dan misi organisasi atau perusahaannya.
Sedangkan Operasional  merupakan penjalanan atau pengelolaan suatu program dari sebuah strategi baik secara teknisi maupun manjerial dengan tujuan yang diharapkan. Dengan ini Peranan Humas dalam organisasi atau perusahaan melakukan teknisi Komunikasi (Communi-cation-Technician) hal ini melaksanakan teknis operasional maupun manajerialnya, maka Humas beserta staffnya memiliki tanggung jawab serta wewenang untuk menyusun program atau kegiatan mulai dari pengumpulan data, menanalisis masalah, kemudian perencanaan sampai pengawasan atau penilaian terhadap hasil dari sebuah kegiatan tersebut yang dicapai baik secara kualitas mauun kuantitas.
Humas memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi organisasi atau perusahaan dengan mengembangkan hubungan-hubungan yang harmonis dengan stakeholdersnya agar perusahaan dapat mengembangkan kemampuannya mencapai misinya.
Langkah-langkah Strategi dan Operasional Humas
Pearce dan Robinson mengembangkan langkah-langkah strategi manajemen sebagai berikut :
1.    Menentukan misi perusahaan termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian, filosofi, dan sasaran.
2.    Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.
3.    Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
4.    Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
5.    Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.
6.    Pemilihan strategi atas tujuan jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
7.    Mengembangkan tujuan tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan tujuan jangka panjang dan garis besar strategi.
8.    Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget) dan memadukan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
9.    Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan.
Dari langkah-langkah Strategi Manajemen Humas diatas merupakan sebagai langkah dalam menyelaraskan program dan tindakan setiap komponen (bagian) perusahaan atau organisasi menuju suatu sasaran yang diharapkan. Penjalanan atau pengelolaan suatu target humas yang hendak dicapainya melakukan sebuah pengapdosian teknik-teknik management of objective (MBO) dan manajemen by objective of result (MOR) hal ini dilakukan untuk membantu kualitas Humas dalam suatu perusahaan atau organisasi.
MBO memberikan professional Humas dengan sumber umpan balik yang kuat. Dalam hal ini MBO dan MOR berhubungan dengan hasil-hasil Humas untuk penetuan target awal manajemen. Pada penerapannya suatu program-program MBO yang berbeda satu sama lain, kebanyakan dibagi dalam empat poin :
1.    Spesifikasi tujuan-tujuan organisasi dengan mencapai target penampilan organisasi.
2.    Konferensi antara superior (atasan) dan subordinate (bawahan) untuk menyepakati terhadap pencapaian tujuan.
3.    Kesepakatan antara atasan dan bawahan pada target yang konsisten dengan tujuan-tujuan organisasi.
4.    Pengkajian secara periodik oleh atasan dan bawahan untuk menilai kemajuan menghadapi pencapaian tujuan.
Langkah-langkah pokok dari berbagai aspek pendekatan dan strategi komunikasi PR :
1.    To inform (menginformasikan)
2.    To explain (menerangkan)
3.    To suggest (menyarankan)
4.    To persuade (membujuk)
5.    To invite (mengundang)
6.    To convince (meyakinkan)

Fungsi Strategi dan Operasional Humas
Humas dapat memberikan kontribusinya dalam proses Strategi Manajemen melalui dua langkah, yaitu:
pertama, melakukan tugasnya sebagai bagian dari strategi manajemen keseluruhan organisasi dengan melakukan survey atas lingkungan dan membantu mendefinisikan misi, sarana, dan objective organisasi atau perusahaan.
Kedua, Humas dapat berperan dalam strategi manajemen dengan mengelola kegiatannya secara strategis.  

Dari hal ini pada Strategi dan Operasional Humas memiliki fungsi-fungsi dan konsepsi dari “manajemen humas” dalam suatu perusahaan sedang mengantisipasi dan menghadapi krisis. Dan fungsi utama manajemen humas adalah :
1.    Manajemen Mekanik, dari sebuah perencanaan, pengamatan sampai pengawasan humas terhadap suatu program atau kegiatan.
2.    Manajemen Dinamik, merupakan pengarahan, koordinasi, pengawasan agar terorganisasi untuk tercapainya tujuan sasaran perusahaan atau organisasi.
3.    Manajemen Relasi, suatu bentuk pendengaran pendapat, opini publik, saran dan ide yang mampu menciptakan iklim kondusif sebuah perusahaan atau organisasi, dari hal ini terciptanya kerja sama yang menguntungkan, memotivasi, yang bertujuan pada pencapaian sasaran dari perusahaan atau organisasi.
Sebagaimana fungsi dari manajemen itu sendiri baik perencanaan, pengorganisasian, penyusunan formasi, memimpin, dan pengawasan. Hal tersebut semata dilakukan untuk tercapainya suatu strategi dan operasional yang dijalankan humas dengan manajemen-manejemen yang terorganisir.
Maka dari hal diatas strategi dan operasional Humas berfungsi :
1) PR adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik,
2) PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi,
3) Publik yang menjadi sasaran PR adalah publik internal dan eksternal,
4) Operasionalisasi PR adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan publiknya dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.
Aspek-aspek pendekatan atau Strategi Humas.
Disamping itu humas berfungsi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat humas atau PRO dan masyarakat untuk mewujudkan tujuan bersama, melalui berbagai macam aspek-aspek pendekatan atau strategi humas, yaitu :
1.    Strategi Operasional
Melalui pendekatan kemasyarakatan dengan mekanisme sosial cultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Artinya pihak humas mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar, dan bukan sekedar hear mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi acuan dalam strategi operasional kehumasan.
2.    Pendekatan persuasif dan edukatif
Fungsi humas adalah menciptakan komunikasi dua arah timbale balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya, baik bersifat mendidik, dan memberikan penerangan maupun dengan melakukan pendekatan persuasif agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi dsb.



3.    Pendekatan tangung jawab sosial humas
Menumbuhkan sikap bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan memperoleh keuntungan sepihak dari publik tetapi memperoleh keuntungan bersama yang terampil dalam memadukan keuntungan dengan motivasi tanggung jawab sosialnya.
4.    Pendekatan kerjasama
Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan berbagai kalangan baik internal maupun eksternal hal ini diperoleh dari hubungan kerjasama dengan perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak maka terciptanya kerjasama yang optimal.
5.    Pendekatan koordinatif dan integratif
Untuk memperluas peranan humas atau PR dimasyarakat, maka fungsi humas dalam arti sempit mewakili lembaga atau institusinya, tetapi peranan lebih luas berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan ketahan nasioanl dibidang : politik, ekonomi, sosial budaya dan hamkamnas.

Tujuan Strategi dan Operasional Humas
Dalam setiap menjalankan suatu strategi dan operasional Humas memiliki tujuan-tujuan yang menyeleraskan program dan tindakan setiap komponen (bagian) perusahaan atau organisasi dalam menuju sasaran  yang diharapkan. Strategi manajemen juga dimaksudkan agar perusahaan atau organisasi dapat dikendalikan dengan baik untuk mencapai tujuannya.
Tujuan sentral PR adalah mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk menciptakan suatu citra dan reputasi postitif suatu lembaga. Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif harus didukung kebijakan dan komitmen pimpinan puncak. Strategi  dan operasional  harus dikoordinasi dengan strategi pemasaran,  strategi sumberdaya manusia dan strategi  keuangan. Strategi dan operasional berkait dengan fasilitas dan peralatan, sumberdaya dan perencanaan dan pengendalian operasi. Sebagaimana diketahui sebelumnya, public relations atau humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan “ citra yang menguntungkan” (favorable image) bagi organisasi atau perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholdersnya (khalayak sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal).
Dalam strategi operasional humas memantapkan fungsi kehumasan agar mengenai sasarannya dalam suatu tujuan organisasi. Maka,  aktifitas utama humas secara operasional seharusnya berada di posisi yang sedekat mungkin dengan pimpinan puncak organisasi. Diharapkan kegiatan humas akan tercapai. Sebagai berikut:
a.    Dengan posisi humas atau PR yang dekat dengan pimpinan tertinggi tersebut akan lebih mengetahui secara jelas dan rinci mengenai suatu sistem yang tepat mengenai pola, perencanaan, kebijakan, keputusan yang di ambil, visi dan arah tujuan  organisasi bersangkutan, agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan informasi yang berasal dari lembaga tau organisasi kepada publik. Karena visi humas atau PR sebagi komunikator dan mediator harus mengetahui sejauhmana batas-batas pesan atau informasi yang dapat dipublikasikan, atau pesan informasi “ apa dan bagaimana” yang tidak bisa diungkapkan secra terbuka kepada publiknya, khususnya kepada kalangan pers dan media massa.  
b.    Agar aktivitas humas dalam mewakili lembaga atau organsisasi dapat dipertegas tentang batas-batas wewenag dan tanggung jawab dalam memberikan keterangan (sebagai juru bicara). Kemudian kegiatan humas atau PR akan selalu mengetahui secara jelas dari segi pelaksanaan, pengambilan keputusan atau kebijaksanaan pimpinan organisasi tersebut.
c.    Dimungkinkan untuk menghadiri setiap rapat atau pertemuan, agar dapat mengetahui suatu proses perencanaan arah dan tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik dalam jngka pendek atau jangka panjang.
d.    Agar bisa berhubungan secara langsung dan segera dengan pimpinan puncak, tanpa melalui perantara pejabat atau departemen lain. Melaksanakan berbagai perencanaan, peranan komunikasi, atau dengan kewenangan agar mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa diduga sebelumnya.
e.    Dalam menjalankan fungsi kehumasan secara proaktif dan dinamis untuk menghindarkan sikap reaktif atau (pasif) dalam berbagai masalah dan tantangan yang dihadapinya.
f.     Sebagai pembantu pimpinan puncak, maka pihak humas  berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekap, menganalisis, hingga mengevaluasi setiap reaksi(feedback) khususnya dalam upaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat.
g.    Dapat secara langsung memberikan sumbang saran ide dan rencana atau program kerja kehumasan dalam rangka memperbaiki citra perusahaan publiknya.

Dari tujuan Humas diatas menghubungakan suatu tujuan akan strategi dan operasional humas dalam pencapaian tujuan, hal ini dimaksudkan strategi dan operasional humas tersebut mampu mengorganisir, mengawasi, merencanakan suatu program atau kegiatan dengan optimal.




Perumusan strategi dan Operasional Humas
Strategi yang efektif mencakup beberapa hal berikut :
1.    Objektif yang jelas dan menentukan
Semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan.Tujuan-tujuan spesifik bagi setiap unit bisa saja berubah karena sengitnya kompetisi, namun tujuan strategis untuk setiap unit/bagian harus tetap jelas sehingga member kesinambungan dan kohesi untuk pilihan-pilhan taktis pada kutun waktu pelaksanaan strategi.
2.    Memelihara inisiatif
Strategi itu mesti menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya komitmen. Strategi itu mesti menetukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.
3.    Konsentrasi
Startegi itu memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menetukan. Dengan begitu, kompetisi yang distingtif itu akan memberikan keberhasilan yang lebih besar dengan sedikit sumber daya dan menjadi landasan yang penting untuk perolehan (atau keuntungan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan competitor.
4.    Fleksibilitas
Strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi sumber daya untuk fleksibilitas dan maneuver.


5.    Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi
Strategi itu hendaknya memberikan kepemimpinan yang memilki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan.
6.    Kejutan
Startegi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kecepatan, kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tak terduga.
7.    Keamanan
 Strategi itu mesti mengamankan sumber daya dan semua operasi penting organisasi.







Studi Kasus
Pada studi kasus ini dimaksudkan memberikan gambaran akan strategi dan operasional humas dalam menjalankan program yang terorganisir.
STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Studi Kasus Pegawai Operasional PT. Kereta Api (Persero)

Hubungan Masyarakat PT. Kereta Api DAOP I Jakarta merupakan unit yang dibentuk oleh pihak
direksi PT. Kereta Api. Salah satu tugas yang diemban adalah membina dan menjaga hubungan dengan publiknya, termasuk media massa. Press Relations harus selalu terbina dan terjaga baik oleh humas, karena humas merupakan juru bicara atau corong dari instansi. Baik dan buruknya instansi sangat tergantung dari peran humas dalam Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini akan membahas mengenai bagaimana press relation yang dilakukan oleh humas PT. Kereta Api DAOP I, melalui kegiatan apa press relations itu dilakukan, kemudian bagaimana pelaksanaan press relations tersebut. Untuk penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian sebagai studi kasus, yaitu Humas PT. Kereta Api Daerah Operasi I Jakarta. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada pemikiran-pemikiran, pendapat-pendapat para ahli, definisi maupun konsep-konsep yang berkaitan dengan public relations, serta menggunakan acuan mengenai ketentuan-ketentuan apa yang dilakukan dalam membina hubungan antara humas dengan pubiknya, yaitu media massa (Press Relations).
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian Ini adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalul wawancara mendalam, penelitian lapangan, penelitian kepustakaan, dimana data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder kemudian hasil yang diperoleh penulis deskrifsikan. Terakhir dapat ditarik kesimpulan bahwa, Humas PT. Kereta Api DAOP I Jakarta telah mencoba berusaha dengan benar-benar menjalin hubungan yang baik dengan media massa melalui kegiatan- kegiatannya. Dimana tujuannya adalah agar hubungan yang telah terbina selama ini dapat terjaga, terlaksana dan dapat ditingkatkan, sehingga media massa selalu memberikan peniialan yang baik bagi Instansi., walaupun dalam kegiatan tersebut ada berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi.
Perusahaan Perseroan PT. KERETA API INDONESIA (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan jasa angkutan penumpang dan barang menggunakan kereta api. Pengelolaan perusahaan sudah mengalami masa yang panjang, mulai tahun 1945 Pemerintah Indonesia mengambil alih penguasaan atas sistem jaringan dan Perusahaan Perkeretaapian serta menasionalisasikannya menjadi Djawatan Kereta Api (DKA). Perusahaan ini telah berkali-kali mengalami perubahan status yakni berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api ( PJKA), Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) dan pada 1 Juni 1999 berubah status menjadi PT. KERETA API (Persero). Visi Perusahaan adalah mewujudkan kereta api sebagai pilihan utama jasa transportasi. Misinya adalah mewujudkan transportasi yang bersifat masal untuk pertumbuhan ekonomi, serta menunjang pembangunan sektor-sektor lain dan program pemerataannya.
Usaha yang dilakukan untuk menjadikan kereta api sebagai pilihan utama jasa transportasi adalah dengan cara meningkatkan efektivitas dan efisien pengusahaan serta investasi yang selektif untuk meningkatkan keselamatan dan pelayanan. Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila didukung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional, memiliki motivasi dan disiplin yang tinggi serta dilaksanakannya pengawasan yang tepat. Dibidang manajemen Sumber Daya Manusia yang sangat berperan dalam jasa angkutan kereta api adalah pegawai operasional terutama Masinis, Asisten Masinis, PPKA dan Kondektur. Terjadinya kecelakaan kereta api (PLH) berturut-turut pada triwulan pertama tahun 2000 menunjukkan adanya kelemahan, peralatan prasarana dan sarana, regulasi / operasi dan faktor manajemen.Dengan pengumpulan dan pengelolaan data mengenai pegawai operasional dan 3 (tiga) PLH tersebut dapat dilakukan analisis SWOT atas variabelvariabel aspek internal maupun aspek eksternal pegawai operasional. Analisis tersebut dilakukan terhadap 4 alternatif strategi. Berdasarkan pengkajian alternatif strategi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pegawai operasional, serta batasan arahan strategi dapatlah disimpulkan Perumusan Strategi Pengembangan SDM A‚ A–Pegawai Operasional disertai penyusunan program jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang serta saran tindak lanjutnya.









Kesimpulan
Sebuah langkah Humas perusahaan atau organisasi dalam melakukan kegiatan intern maupun ekstern perusahaan atau organisasi. karena Strategi dan Operasional Humas:
·         Strategi sebagai penentuan tujuan dan sasaran usaha jangka panjang, dan adopsi upaya pelaksanaan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
·         Sedangkan Operasional  merupakan penjalanan atau pengelolaan suatu program dari sebuah strategi baik secara teknisi maupun manjerial dengan tujuan yang diharapkan.
·         Sebagai fungsi humas dalam melakukan strategi dan operasional, yaitu:
ü  PR adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik,
ü  PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi,
ü  Publik yang menjadi sasaran PR adalah publik internal dan eksternal,
ü  Operasionalisasi PR adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan publiknya dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.
·         Dan tujuan humas dalam strategi dan operasional humas mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk menciptakan suatu citra dan reputasi postitif suatu lembaga.



Kritik dan Saran
Kritik kami sebagai referensi tambahan bagi Humas perusahaan atau organisasi ataupun bagi kita semua yaitu, Seorang Humas layaknya bekerja sesuai dengan Profesi atau masih dalam jalurnya sehingga proses yang diharapkan bisa menjadi fungsi dan tujuan yang optimal. Dalam berstrategi serta mengoperasionalisasikan kegiatan kehumasan perlu diperhatikan kode-kode yang berlaku apa yang harus dilakukan agar pada nantinya tujuan dalam kegiatan yang dijalankan bisa menjadi harapan bersama. Tidak adanya miss communication, kesalahan tindakan, pengoperasionalisasian dan sebagiannya.
Adapun saran kami yang mungkin bisa menjadi referensi tambahan bagi semua, maksud dan tujuan dari kehumasan atau seorang humas perlu dipelajari lebih dalam lagi, sehingga pada saat aplikasinya bisa berjalan dengan baik. Dan masalah-masalah yang terjadi langsung ditindaklanjuti dengan langkah yang tepat sesuai cara kehumasan. Strategi dan operasional Humas menjadi baik jika terdapatnya kerja sama yang baik.





Daftar Pustaka
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruslan, Rosady. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Iriantara,Yosal. 2003. Manajemen Strategis Public Relations. Bandung: Ghalia Indonesia.
Sumber Pustaka